Author: Rayzha Rafikasari
•06.46.00


ANALISIS FILM “ANALYZE THAT”



1.   Review Film
Film ini menceritakan tentang tokoh bernama Paul Vitti yang berperan sebagai  bos mafia yang menjalani hukuman penjara kelas berat. Ia menunggu masa pembebasannya  yang kurang sebentar  lagi dengan bayangan terror percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Ia mengetahui percobaan pembunuhan itu berhubungan dengan konflik yang tengah terjadi di antara dua  keluarga mafia. Mereka takut bila Vitti bebas, dia akan membantu salah satu diantara mereka.
Sadar akan hal in Vitti meminta bantuan kepada Dr.sobel, seorang psikiater yang menanganinya, untuk membebaskannya lebih cepat. Namun respon dari Dr.Sobel negative, ia mengacuhkan permintaan Vitti. Keadaan itu membuat Vitti semakin depresi, sehingga Vitti menggunakan cara lain dengan bertingkah laku layaknya orang yang mengalami gangguan mental. Melihat keadaan Vitti yang mendadak mengalami kegilaan, agen FBI meminta  Dr.Sobel untuk memeriksanya.
Setelah melewati beberapa tahap tes mental, Dr.Sobel mendiagnosis bahwa Vitti mengalami banyak tekanan sehingga menyebabkan Ia mengalami kegilaan sementara atau gejala schizophrenia. Ia menghimbau agar Vitti diberikan perawatan dan perlakuan khusus agar gangguan tersebut tidak semakin parah. Menyetujui akan hal tersebut, kepala FBI meminta agar Vitti direhabilitasi di bawah pengawasan Dr.Sobel. Selama proses rehabilitasi itu, ia ditugaskan untuk membuat Vitti menjadi normal kembali dan mendapatkan pekerjaan.
Singkat cerita, Vitti bebas dan menjalani rehabilitasi di rumah Dr.Sobel. Namun ternyata, perilaku gangguan mental yang ia tunjukkan adalah manipulatif demi ia bisa bebas dari terror pembunuhan di dalam penjara. Mengetahui akan hal itu, Dr.Sobel tetap menerima Vitti untuk tinggal bersamanya. Ia berniatan untuk mengubah kepribadian Vitti menjadi lebih baik. Kemudian Dr.Sobel melakukan analisa terhadap sejarah masa kecilnya yang membuat Vitti  sekarang tumbuh menjadi seorang boss mafia.
Vitti masuk ke dalam geng mafia sejak ia berumur 12 tahun, ini di latar belakangi oleh pembunuhan terhadap ayahnya yang juga seorang mafia. Setelah mendengar cerita tentang masa lalu Vitti, Dr.Sobel menasehati Vitti bahwa ayahnya ingin Ia mempunyai kehidupan lebih baik, bukan menjadi seorang mafia. Mendengar nasehat dari Dr.Sobel, Vitti menjadi sadar dan ingin mencari pekerjaan.
setelah ia mencoba beberapa pekerjaan, Ia merasa kesulitan dan gagal. Hal ini membuatnya semakin frustasi untuk melakukan perubahan. Ia hamper berputus asa dengan ingin kembali pada kehidupan mafia. Ketakutan-ketakutan akan kegagalannya membuat Ia bermimpi dimana dalam mimpi itu Ia menjadi seorang berumur 16 tahun, Dr.Sobel menjadi Sigmund Freud dan beberapa musuh mafia nya sebagai raksasa yang ingin membunuhnya. Dalam mimpi itu Vetti berusaha melawan para raksasa dengan menggunakan sebuah pedang, namun tiba-tiba pedangnya menjadi lembek. Vitti meneritakan mimpinya dan menanyakan arti dari mimpinya itu pada Dr.Sobel. Menurut analisis Dr.Sobel, mimpi itu menunjukkan bahwa terdapat gangguan seksual pada Vitti yang menyebabkan Ia ketakutan dan depresi berat.
Untuk mengurangi depresi yang dialami Vitti, Dr.Sobel mengenalkannya pada seorang produser film yang ingin bekerjasama bersama Vitti. Mereka bertemu di sebuah restaurant untuk membicarakan perihal kerjasama tersebut. Namun tak disangka disana mereka mendapat serangan penembakan dari beberapa orang yang tak dikenal. Beruntung tak ada yang terluka dan Vitti berhasil menyandera salah satu dari pelaku penembakan itu. Darinya lah Ia mengetahui dalang yang ingin membunuhnya, yakni Lou, boss kelompok dari salah satu geng mafia yang sedang berkonflik.
Berawal dari informasi itu, Vetti menyetujui kerjasama perfilman. Di lain sisi, Ia menyusun rencana dengan aksi perampokan emas batangan yang akan ditukarkan dengan Negara asing. Mengetahui rencana tersebut, kedua geng mafia berebutan menawarkan bantuan. Tetapi Vetti menolaknya. Petti, boss mafia geng satunya, bersikeras ingin kerjasama dengan memasukkan salah satu anak buahnya ikut dalam aksi perampokan tersebut. Vetti pun menerimanya. Berbeda dengan Lou, Ia mengancam akan membunuh Vetti bila ia menolak kerjasama, Vetti pun menerima ancaman itu.
Sebelum beraksi, Vetti mengadakan pertemuan bersama teman-teman mafianya untuk membahas aksinya. Dr.Sobel yang sudah mencurigai gerak-gerik Vetti, diam-diam mengikutinya. Namun kehadiran Dr.Sobel diketahui oleh anak buah Petti. Ia mengancam akan membunuh Dr.Sobel demi kerahasian aksi yang akan segera dilakukan itu. Vetti membela Dr.Sobel dan memberi jaminan bahwa Dr.Sobel akan tutup mulut dengan ikut melakukan aksi perampokan itu bersamanya. Tak ada pilihan lain, Dr.Sobel pun ikut bersama mereka.
Setelah melakukan aksi itu, ternyata anak buah Petti telah berkhianat dan mencoba membunuh Vetti dan teman-temannya. Mengetahui hal itu Dr.Sobel marah lalu spontan memukul anak buah Petti sampai babak belur. Sebagai hukuman, anak buah Petti bersama teman-temannya disandera dan ditinggalkan di tempat kejadian perampokan. Sedangkan Vetti bersama teman-temannya membawa emas hasil perampokan dan meletakkannya di gudang milik Lou. Ia menjebak Lou adalah pelaku dari perampokan itu. Keesokan harinya, Lou dan anak buah Petti beserta semua geng Petti ditangkap oleh agen FBI.
Dari sanalah, Vetti dapat membuktikan kepada Dr.Sobel bahwa ia benar-benar ingin berubah menjadi lebih baik dan meninggalkan kehidupan kemafiaan.

2.   Data Identitas
·   Nama Lengkap                     :Paul Vetti  
·   Gender                                 : Laki-laki
·   Pendidikan                           : SMP
·   Pekerjaan                             : Bos mafia
·   Diperiksa atas permintaan : FBI
·   Tujuan Pemeriksaan            : menegetahui perkembangan mental
·   Penyelesaian                        : Konseling, rehabilitasi

3.   Sejarah Sosial-Keluarga
Vetti ditinggal mati oleh ayahnya sejak umur 12 tahun. Ayahnya, yang merupakan anggota mafia, mati karena dibunuh oleh orang tak dikenal. Sejak saat itu Vetti masuk ke dalam geng mafia. Pada saat dewasa Vetti menjadi bos penting dalam sekeluarga mafia. Sampai saat ia ditangkap dan dipenjarakan, ia mendapatkan terror pembunuhan terhadap dirinya. Sejak saat itu ia mengalami banyak tekanan.
4.   Observasi Perilaku
a). Pada saat memperoleh terror pembunuhan terhadap dirinya, ia menunjukkan gejala anxiety dengan mencurigai orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia memanipulasi perilakunya seperti orang yang mengalami gangguan mental demi mendapatkan posisi ‘aman’ selama ia di penjara.
b). Perilaku yang ditampakkan oleh Vitti adalah kasar, berbuat tidak sopan dan semena-mena. Ini ditunjukkanketika berada di rumah Dr.Sobel, ia tetap menganggap dirinya adalah orang penting dan bebas melakukan berbagai hal sesuai kehendaknya.
c). Ketika mengalami kesulitan dalam pekerjaan yang digelutinya, ia merasa amat tertekan, terbayang-bayang oleh keinginan melakukan kejahatan.
d). Perasaan terbayang akan ketenaran dan kebesaran akan masa lalunya dulu berakibat pada kesulitan menerima kenyataan tentang perubahan pada pekerjaannya yang baru. Ia merasa dengan pekerjaan barunya, tak ada orang yang menghormatinya lagi.
e). Vetti merasa ketakutan akan dibunuh oleh orang-orang yang memusuhinya, ia berinisiatif untuk pergi ke rumah Jelly guna mencari perlindungan.
f). Setelah mendapat terapis dari Dr. Sobel, Vetti menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa terlepas sebagai bos mafia pada masa lalunya dulu. Ia merasa inferior dan perlu melakukan suatu perubahan.

5.   Tes yang Digunakan
a.Tes Rosarch
Merupakan tes dengan bercak tinta di atas kartu. Klien diminta untuk mengenali gambar yang terbentuk dari bercak tinta di atas kartu tersebut. Tes ini berfungsi mendeteksi masalah-masalah psikologis seperti gangguan pikiran, terutama dalam kasus ketika pasien enggan menyatakan proses berpikir mereka secara terbuka. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk mengetahui karakter dan emosional seseorang.
b.Tes  mendesain balok 
Yaitu menghendaki peserta tes untuk mengatur seperangkat desain dengan menggunakan balok berwarna. Tes ini merupakan salah satu bagian dari tes intelegensi dari Wechsler (WAIS) yang mana mempunyai fungsi untuk diagnosis kerusakan otak, kemerosotan psikosis, dan kesulitan emosional.
c. Tes TAT (Tematic Apperception Test)
Merupakan tes yang mengapersepsikan tema pada gambar yang ambigu atau tidak jelas , tes ini menggunakan setumpuk kartu dengan tema ekspresi yang kuat. Tes ini bertujuan untuk mengungkap dinamika kepribadian (dorongan emosi, kebutuhan dan konflik pribadi yang dominan); dapat juga digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku menyimpang atau abnormal (neurotik, psikosis,psikosomatis).

6.    Hasil Tes
a. Tes Rosarch
Vitti menggambarkan bercak tinta sebagai gambaran 2 ekor musang dan alat vital (kelamin) perempuan.
b.Tes mendesain balok
         Balok dapat disusun sesuai dengan gambar setelah waktu satu jam, 12 menit.
c. TAT
Kartu yang diberikan pada vitti bergambar seorang wanita yang tengah tidur bersama seorang anak kecil dan terdapat seorang laki-laki yang melihatnya dari arah pintu kamar. Vitti menggambarkan bahwa wanita ini telah melakukan hubungan gelap bersama seorang manusia cebol, sedangkan laki-laki itu tengah akan membunuh mereka.

7.    Simpulan dan Diagnosis
Klien, Vitti, menunjukkan gejala depresi berat akibat dari banyaknya tekanan dari berbagai konflik yang ada dalam hidupnya. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya syndrome traumatis atas kejadian pembunuhan pada ayahnya pada masa kecil Vitti. Umumnya anak pada usianya sangat memerlukan dukungan dari lingkungan yang sehat terutama parenting yang tepat untuk tumbuh kembang kepribadiannya.
Berdasarkan penyebab itu, perkembangan kepribadian Vitti mengalami penyimpangan. Ia tumbuh menjadi sosok yang cenderung agresif dan sensitive. Selain itu, berdampak pula pada depresi berat yang menjadi titik awal gangguan kesehatan mental lainnya, diantaranya :
Post Power Syndromm yaitu dimana penderita mengalami bayang-bayang atas kebesaran (ketenaran,ketampanan,dll) di masa lalunya. Sehingga Ia tak mampu menerima kenyataan yang berbeda dengan masa lalunya itu.
Psikopat, yaitu gejala yang menunjukkan adanya ketidakmampuan dalam pengorganisasian dirinya dengan nilai-nilai yang tertata di lingkungan eksternalnya. Sehingga Ia cenderung berbuat kriminal, dan immoral.
Psikonervousa, adalah gangguan yang disebabkan oleh kerusakan/kekacauan syaraf pusat, termasuk disintegrasi kepribadian, serta  ketidakmampuan  membangun hubungan interpersonal.
Psikastenia, merupakan tipe psikoneurosa yang ditandai oleh reaksi-reaksi kecemasan, dibarengi kompulsi, obsessi, dan ketegangan-ketegangan fobik (akibat fobia).
Gangguan Hiperkinetik, merupakan gangguan yang disebabkan oleh berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Yaitu dengan terlalu dini menghentikan tugas dan meninggalkan suatu kegiatan dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minat terhadap kegiatan satu dan tertarik pada kegiatan lain.

 Berdasarkan penggolongan dalam buku PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa), gangguan mental yang dialami oleh Vetti termasuk dalam kategori Aksis II. Yaitu meliputi gangguan kepribadian dan retardasi mental. Selain itu, terdapat juga indikasi dalam penggolongan pada Aksis IV, tentang masalah psikososial dan lingkungan.


Referensi :
Anastasi, Anne. Urbina, Susana. 2007. Tes Psikologi (Edisi Ketujuh). Jakarta : PT Indeks
Maslim Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosisi Ganggian Jiwa (Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III). Jakarta : PT Nuh Jaya


|
This entry was posted on 06.46.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: